BANDAR LAMPUNG (Lampost): Rendahnya indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan bahwa konsep pendidikan di Indonesia harus diubah secara komperhensif. Bangsa Indonesia dikejutkan oleh laporan indeks pembangunan manusia (human development index [HDI]) yang dirilis Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation Development Program [UNDP]). Laporan UNDP yang dirilis pada 2 November lalu menempatkan IPM Indonesia berada pada urutan ke-124 dari 187 negara yang disurvei. IPM Indonesia tercatat 0,617, atau di bawah Malaysia yang berada pada posisi 61 dunia dengan angka 0,761. IPM adalah indeks pembangunan manusia yang digunakan UNESCO menggunakan empat indikator, di antaranya pendidikan dan kesehatan. "Kenyataan bahwa HDI atau IPM kita rendah menunjukkan sistem pendidikan kita perlu pembenahan yang komperhensif," ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) Agus Pahrudin, Kamis (10-11). Dia mengatakan IPM atau HDI merupakan salah satu indikator mengukur kualitas sumber daya manusia. "Hasilnya bisa saja kita abaikan, tetapi kita juga tidak bisa tidur," katanya. Dalam pengukuran HDI/IPM, terkadang tidak berpihak kepada negara-negara berkembang seperti Indonesia dan tak jarang membawa muatan kepentingan global terhadap Indonesia. "Namun, di balik itu semua, kita tetap harus berbenah," kata dia. Agus mengatakan harus diakui salah satu kelemahan pendidikan kita adalah jauh dari teknologi tepat guna yang dibutuhkan. "Kita sangat kekurangan tenaga-tenaga ahli, mulai dari ahli geologi hingga ahli kesehatan," ujar dia. Agar IPM Indonesia bisa kembali naik, ada beberapa hal yang harus dilakukan pemerintah, pertama adalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi, terutama pemanfaatan teknologi tepat guna bagi masyarakatnya. Kedua, adanya pembentukan kembali karakter bangsa yang kini seperti kehilangan karakter. "Kita membutuhkan spirit kebangsaan tinggi di kalangan generasi muda," katanya. Agus mengatakan kemajuan bangsa China dan Jepang saat ini tidak terlepas dari paham kebangsaan mereka yang tinggi. "Keinginan menjadi bangsa unggul dan terpandang dalam tataran global telah mejadi karakter mereka," ujar Agus. (MG1/S-2)
Share this post |